Syahid Dr Muhammad Huseiny Bahesti dan Syahid Dr Muhammad Jawad Bahonar
Pada dasarnya Islam menjelaskan difa' sebagai pertahanan dari agresi (serangan) yang dibuat (diatur) musuh untuk menguasai (tanah air) muslim dan menangkis dari usaha mengkontrol sumber alam negara muslim.Sesungguhnya difa’ untuk pertahan dan keadilan.
Jihad secara leksikal berarti: Usaha keras untuk mencapai suatu tujuan. Dalam terminology Islam berarti berkorban untuk Allah, yaitu, demi untuk menyelamatkan masyarakat dari ketidak-adilan dan penindasan, menegakkan kalimah tauhid serta menciptakan sistim keadilan sosial.
Difa’: Bentuk khusus dari jihad yang tujuannya untuk mencegah dari serangan musuh (aggressor). Pada dasarnya Islam menjelaskan difa' sebagai pertahanan dari agresi (serangan) yang dibuat (diatur) musuh untuk menguasai (tanah air) muslim dan menangkis dari usaha mengkontrol sumber alam negara muslim. Sesungguhnya difa’ untuk pertahan dan keadilan.
Tujuan Islam
Islam dengan program mulianya bertujuan untuk membentuk/mendirikan persatuan umat manusia dan kebebasan manusia. Jadi dia perang melawan setiap kemusyrikan, kedholiman dan kemunafikan. Umat muslim merasa bertanggung jawab bukan hanya untuk membimbing individu tapi juga mansyarakat. Dengan dasar kehidupan yang berlandaskan keadilan dan ke-Esa-an Allah; tapi juga sejauh mungkin untuk mempropagandakan kebenaran, membangkitkan mereka yang tertindas dan di dhalimi, menghentikan segala bentuk korupsi dan membenahi kebebasan.
Merupakan kewajiban bagi muslimin untuk bekerja menghilangkan semua halangan dijalan pertumbuhan dan perkembangan manusia serta tidak menampakkan perbedaan diantara mereka. Muslimin tidak hanya berkewajiban mempertahankan batas keberadaan pengaruh agama mereka, tapi juga harus memperluasnya. Juga merupakan kewajiban bagi muslimin untuk bertahan dari aggressor dengan semua jalan yang memungkinkan, menentang kedholiman, korupsi dan saling menghormati satu dengan yang lain.
Dapat disimpulkan ada beberapa tujuan jihad:
1. Menyebar luaskan keyakinan/kepercayaan kepada Allah sesuai dengan perintahNya.
a. ”Perangilah di jalan Allah mereka yang memerangi kamu” (QS. Al-Baqarah [2]: 190).
b. ”Jihadlah pada (jalan )Allah dengan jihad yang sebenarnya” (QS. Al-Hajj [22]: 78).
2. Membantu yang lemah dan tertindas.
a. “Apa yang menyebabkan kamu berhenti dari perang dijalan Allah dan orang orang yang tidak ada penolong, perempuan dan anak anak” (QS. An-Nisa’ [4]: 75).
3. Mengentikan fitnah.
a. “Perangi mereka hingga tidak ada fitnah” (QS. Al-Anfal [8]: 39).
Agresor adalah buruk siapapun pelaku agresi tersebut.
Perang di jalan Allah haruslah dilaksanakan dengan seksama dimana dengan taklif dan ketaatan dia tidak dibenarkan keluar dari batasan keadilan. Muslim dilarang menceroboh nilai dasar hak azazi manusia: “Perangilah di jalan Allah mereka yang memerangi kamu, tapi jangan kamu melakukan penindasan, Allah tidak menyukai penindasan”, “(Serang mereka) di bulan Haram (kalau mereka menyerang kamu) di bulan suci. Kesucian sesuatu yang merupakan qishash. Kalau (seseorang) menyerang kamu, maka serang mereka dseperti mereka menyerang. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama sama dengan orang yang bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah [2] :194).
Perang di jalan Allah haruslah dilaksanakan dengan seksama dimana dengan taklif dan ketaatan dia tidak dibenarkan keluar dari batasan keadilan. Muslim dilarang menceroboh nilai dasar hak azazi manusia: “Perangilah di jalan Allah mereka yang memerangi kamu, tapi jangan kamu melakukan penindasan, Allah tidak menyukai penindasan”, “(Serang mereka) di bulan Haram (kalau mereka menyerang kamu) di bulan suci. Kesucian sesuatu yang merupakan qishash. Kalau (seseorang) menyerang kamu, maka serang mereka dseperti mereka menyerang. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama sama dengan orang yang bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah [2] :194).
Sistem suci tidak memiliki double standart (standar ganda). Kalau hal itu merupakan agresi yang jahad dan penindasan bagi yang lain, maka ia tidak dapat dikatakan sebagai hal yang suci dan mulia bagi pengikutnya.
Jihad Menentang Egoisme
Ditujukan kepada kelompok yang baru kembali dari suatu peperangan,
Rasulullah bersabda: “Saya ucapkan selamat yang telah berhasil menyelesaikan perang kecil (minor). Sekarang kamu menghadapi perang besar (mayor)”.
Rasulullah bersabda: “Saya ucapkan selamat yang telah berhasil menyelesaikan perang kecil (minor). Sekarang kamu menghadapi perang besar (mayor)”.
Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah apakah jihad besar itu ?”.
Beliau menjawab: “Jihad melawan hawa nafsu (ego)”. (Wasail al-Syiah, jilid 6, hal. 122).
“Jihad yang paling baik adalah dia yang memerangi kebuasan nafsunya sendiri (Wasail al-Syiah, jilid 6, hal. 124).
Islam Adalah Sistem Global
Islam tidak dikirim kepada masyarakat tertentu, dia adalah sistem global. Dari pandangan muslim; setiap tempat adalah milik Allah dan Dialah yang menciptakan semua itu. Islam tidak diperuntukkan untuk satu negara dan bangsa tertentu. Islam menginginkan seluruh dunia mendapatkan keuntungan dalam kehidupannya dengan ajarannya. Quran telah menjelaskan bahwa dia adalah tuntutan untuk semua dan Rasul Islam menjadi rahmad bagi seluruh dunia.
Semua manusia tanpa batasan suku, bangsa dan negara dapat menjadi anggota dari Muslimin yang besar dengan menerima prinsip prinsip dasar Islam, maka jadilah muslim, muslim satu dengan yang lain bersaudara. Untuk membebaskan masyarakat dari doktrin yang rusak dan dari setiap kesalahan, merupakan kewajiban bagi semua terutama Mukminin untuk membimbing masyarakat di jalan yang benar.
Tanggung jawab Islam tidak terbatas oleh territorial (tapal batas daerah/negara), dia universal dan tidak ada daerah yang menjadikannya terbatas sehingga dapat membatasi persatuan umat Muslimin. Ungkapan ini tidak berarti memaksa doktrin kepada yang lain, sebagaimana Quran telah menyatakan, tidak ada paksaan dalam agama. Jalan benar dan salah telah jelas:
“Tidak ada paksaan dalam agama, kebenaran telah diperjelas (dipisahkan) daribathil” (QS. Al-Baqarah [2]: 256).
“Tidak ada paksaan dalam agama, kebenaran telah diperjelas (dipisahkan) daribathil” (QS. Al-Baqarah [2]: 256).
Usaha besar ini haruslah mencakup tujuan untuk menghilangkan hambatan mitos , keterikatan kedholiman (ketidakadilan) dan merubah manusia dari semua bentuk penjajahan, penindasan dan kebodohan: “Apa yang membuat kamu berhenti dari perang di jalan Allah…” (QS. An-Nisa’ [4]: 75).
Sebelum memulai peperangan haq harus diterangkan dahulu. Biasaya terdapat beberapa orang dari musuh yang telah keluar dengan keinginan memerangi kebenaran karena keterpaksaannya atau kebodohannya dari kenyataaan (haq). Maka satu dari tujuan jihad adalah membebaskan manusia dari kebodohan,penindasan dan penjajahan. Merupakan kewajiban bagi pemimpin tentara muslimin sebelum memulai peperangan untuk menjelaskan terdahu jalan yang haq. Sehingga mereka mengetahui kebeanran yang sebenarnya sehingga mereka tidak memerlukan saling untuk membunuh (orang jahil/bodoh).
Imam Ali as pernah bersabda: Ketika Rasulullah mengutus saya ke Yaman, beliau bersabda: "Wahai Ali, jangan memerangi seseorang pun sebelum engkau mengajak mereka kepada Islam dan menerima kebenaran. Demi Allah, apabila engkau sukses membimbing satu orang di jalan yang benar, itu adalah keberhasilan yang besar". (Al-Kafi, jilid 5, hal. 34).
“Merupakan kewajiban bagi Muslimin untuk bekerja menghilangkan semua halangan di jalan pertumbuhan dan perkembangan manusia serta tidak menampakkan perbedaan diantara mereka. Muslimin tidak hanya berkewajiban mempertahankan batas keberadaan pengaruh agama mereka, tapi juga harus memperluasnya.”
Fasilitas yang disiapkan Islam untuk tujuan ini:
Apabila seseorang diantara tentara musuh hendak masuk Islam dan atau hendak mendiskusikannya dengan mereka sehingga jelas bagi mereka tentang Islam, atau hendak mempelajarinya dengan baik individual maupun kolektif tentang kehidupan Muslimin dari dekat sehingga mengetahui dengan baik kebenaran, maka mereka harus mempersiapkannya. Untuk tujuan ini kalau seorang prajurit kecil dari tentara musuh meminta perlindungan kepada seseorang maka dia akan dihormati oleh semua umat Muslim dan juga Negara Islam.
Setiap muslim memiliki tanggung jawab yang sama, satu jaminan untuk satu diantara mereka merupakan jaminan untuk semua. Kalau seorang prajurit diberi kehormatan oleh seseorang maka itu merupakan kehormatan pelindungan dari semua umat Muslimin.
Perdamaian Dalam Islam
“Damai adalah baik…” (QS. An-Nisa’ [4]: 128).
Pada umumnya, secara natural manusia mencintai perdamaian, karena itu semua sistem kemasyarakatan –termasuk yang mendasari filosofinya dengan pertentangan dan kontrasisi– menjanjikan perdamaian dunia di masa mendatang. Quran menjelaskan pencegahan peperangan yang tidak diperlukan untuk pertahanan karena Allah dan menyelamatkan masyarkat yang tertindas, “Kalau mereka menjanjikan damai maka berdamailah, bertaqwalah kepada Allah…” (QS. Al-Anfal [8]: 61).
Tapi berhati hatilah, jangan sampai perdamaian hanya merupakan intrik politik atau militer dan permainan saja; “…tapi kalau mereka menginginkan hanya tipu muslihat saja maka berlindunglah pada Allah…”(QS. Al-Anfal [8]: 62).
Persiapan Lengkap Menghadapi Musuh
Sekalipun Islam mementingkan perdamaian, tapi juga mengingatkan Muslimin untuk mempersiapkan diri. Hal ini diharapkan untuk membuat musuh baik secara rahasia maupun terbuka tidak akan berani melakukan agresinya tehadap muslimin. “Siapkanlah kekuatan sedapat mungkin…”. (QS. Al-Anfal [8]: 60).
Perlu diingat bahwa kata: quwwah (kekuatan) mencakup semua bentuk termasuk kekuatan industrial. Sebagaimana perkembangan persaingan industri, maka kewaiban agama kepada muslimin untuk mencapai kemajuan industri dengan tehnologi modern. Mereka harus mempersenjatai dengan persenjataan modern sehingga musuh tidak berkeinginan untuk menyerang, adanya keinginan untuk menyerang karena mereka melihat muslimin lemah.
Menungang Kuda Dan Memanah
Telah di tentukan agama bahwa muslimin haruslah mempersiapkan dirinya agar siap berjihad, agar mendapat kemerdekaan atau mempertahankan keberadaaannya, seperti menunggang kuda dan memanah. Muslimin digalakkan untuk berpartisipasi didalamnya, dengan membuat pertandingan dan digalakkan memberikan hadiah bagi pemenangaya. Ide ini agar muslimin selalu siap untuk menyerang dan bertahan.
Tentulah menunggang kuda dan memanah disesuaikan dengan situasi dan kondisi masa. Semangat yang harus dimiliki oleh muslimin adalah semangat berkemampuan kemampuan taktis sesuai dengan masanya dengan mengikuti training persiapan jihad. Secara menyeluruh. Setipa mualim doanjurkan untuk kuatsehinggga cukupmempu membela dan mempertahankan diri, idiologi, negaranya dari penjajahyang hendak menguasainya.Ini merupakan taktik suci Ilahi dimana kalau Negara tidak siap mengorbankan untuk mempertahankan hak dan keadilan , tidak mempertahankan hak azazi dan keberadaaanya dia akan jatuh pada kehancuan dan kehinaan.
Mereka yang meninggalkan perang dan tidak berkemampuan untuk itu akan hina dihadapan Allah, akan dilingkari kehancuran, hatinya akan gelap, dia akanmenyeleweng dari kebenaran. Selama dia tidak melakukan keadilan untuk jihad dia akan dirundung kekhawatiran dan kesusahan, inilah terkucilan keadilan.
Keabadian (Immortal)
Quran menyatakan bahwa jihad seperti hidup yang memberikan stimulasi pada individu dan masyarakat: ”Wahai orang orang yang beriman,jawablah panggilan Allah dan Rasul ketika (Dia) menyeru kepada apa yang menghidupkan kamu…” (QS. Al-Anfal [8]: 24).
Mujahid adalah dia yang menyerahkan hidupnya pada Allah Yang Abadi. Setiap muslim diharapkan memiliki iman kepada keabadian syahid yang telah memberikan pengorbanan suci di jalan Allah. Iman kepada Allah dan Rasul-Nya dan merealisasikan dengan keinginan yang benar untuk mengorbankan diri. Harapan seorang yang beriman adalah jihad di jalan Allah, dibanding dengan; mencintai orang tua, anak-anak, harta benda, kekayaan dan pekerjaan (perdagangan) ketika ia mendengar panggilan keluar untuk jihad di jalan Allah, dia akan memenuhinya dengan menuju ke medan perang. (Surah Taubah 9:23-24)
Seorang yang dididik Islam mengetahui bahwa interes dan keinginan personal merupakan hal yang alami (natural) dan akan memenuhinya dengan semua batasannya, tidak membunuhnya (mematikannya) dan juga tidak celaka karenanya. Kalau tidak dia akan menjadi keburukan dan celaka sebagaimana telah diceritakan dalam sejarah. (seperti peristiwa di Sodom dan Gomorah; kaum nabi Luth as).
Mujahid adalah dia yang tidak menghentikan usahanya… (QS. An-Nisa’ [4]: 95, 96).
Mujahid tidak terkalahkan dan tidak kenal menyerah… (QS. Ash-Shaff [61]: 4, Fushshilat [41]: 30-32, Al-Anfal [8]: 15-16)…
Masyarakat yang hendak dibangun oleh Islam adalah masyarakat; hidup, aktif/dinamik, kuat dan membawa misi dunia. Karakteristik dari masyarakat ini haruslah berlandaskan tiga hal berikut ini:
1. Mengenal dengan baik semua aspek masyarakat yang hendak dibangun dengan dasar Islam.
2. Mengetahui dengan praktis setiap langkah pembentukan masyarakat.
3. Menyadari dan menentukan setiap usaha pengorbanan yang diperlukan.
Dengan kurangnnya pengetahuan, kurangnya usaha kita tidak akan dapat sampai menikmati sistim yang diinginkan Allah.
Kita berdoa :
Ya Allah, kami ingin mengabdi kepada Mu dibawah perintah yang penuh berkat, yang membawa kemuliaan pada Islam dan muslimin dan kehinaan pada kafir dan kekufuran.
Ya Allah, dalam perintah itu jadikan kami yang mengajak orang untuk taat kepada Mu, menuntun mereka di jalanMu dan berilah kami berkat di dunia dan akherat.
Ya Allah, kami berlindung padaMu dari angkara nafsu yang mengajak kami berbuat buruk kecuali dengan RahmatMu, kami berlindung dari syaitan yang selalu menambah dosa kami.
Ya Allah, limpahkan kepada kami Rahmat-Mu,dan safaat Muhammad dan Aali Muhammad. Terangkan mata kami untuk dapat melihat pengetahuan agama kami,berilah keyakinan di hati kami, keikhlasan beramal dan bantulah kami untuk dpat berterima kasih kepadaMu hingga akhir hayat kami.
Ya Allah, jadikan kami tentara-Mu, sesungguhnya tentara-Mu adalah mereka yang menang, jadikan kami partai-Mu, sesungguhnya partai-Mu adalah mereka yang berhasil, jadikan kami auliaya’-Mu karena auliya’-Mu adalah mereka yang tidak ada takut dan sedih padanya. Shalallah ‘ala Muhammad wa aali Muhammad.
Amin ya Rabbil alamin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan